Pages

Minggu, 23 Oktober 2011

Kebahagiaan yang Nyata


Kebahagiaan tidak tergantung
siapa diri Anda
atau apa yang Anda miliki,
melainkan apa yang Anda pikirkan.
-Dale Carnegie-


Di sebuah kota kecil, terdapat keluarga yang dapat dibilang berkecukupan, namun hidupnya amat sederhana. Sampai tetangganya saja hampir tidak ada yang mengetahui mereka adalah orang kaya. Suatu hari saat hujan deras, menjelang makan siang, ada yang mengetuk pintu rumah mereka seraya mengucapkan salam.

Si ibu yang kebetulan sedang berada di dapur, segera menuju ke arah pintu depan. Ia terheran-heran, ada saja orang yang bertamu saat hujan deras seperti ini.
Setelah ia membuka pintu, dia melihat ada seorang ibu tua dengan pakaian yang sudah sangat tidak layak ia pakai, dan celana sebetisnya yang banyak tambalan dan kotor pula. Ia membawa sekeranjang buah-buahan, dan wajahnya kelihatan tampak lelah sekali. Ia menawarkan si ibu untuk membeli dagangan buahnya. Si ibu akhirnya membeli sepuluh jeruk, sepuluh salak, dan sesisir pisang. Ia menyegerakan transaksinya dengan si ibu tua penjual buah, karena acara makan siang keluarga mereka bisa-bisa telat.
Lambat laun si ibu tua menjadi sering menjual dagangannya ke keluarga tersebut, ternyata nama si ibu tua adalah Bu Yani, dan mereka pun menjadi bersahabat dengannya. Wajar saja kalau keluarga itu mengetahui bahwa Bu Yani seorang janda tua miskin yang tinggal di gubuk yang sangat reyot dan menderita anosmia yang sudah cukup parah, karena tidak pernah di cek ke klinik setempat.
Setelah hampir enam bulan bersahabat dengan Bu Yani, si ayah berencana memberikan beberapa baju dan sejumlah uang secara diam-diam tanpa Bu Yani tahu siapa yang telah memberinya. Anak semata wayang keluarga tersebut, yang bernama Jo, bertugas menaruh di depan gubuk Bu Yani.
Esok harinya, Bu Yani datang ke rumah keluarga tersebut dengan wajah bahagia. Kebetulan, mereka sekeluarga sedang berada di teras rumahnya. Lalu, Bu Yani bercerita tentang kebahagiaannya kepada keluarga tersebut.
 “Pak, Bu, kemarin saya mendapat rezeki yang sangat mengagetkan!”, kata Bu Yani.
“Kalau boleh tahu, apa rezeki itu ?”, tanya ayah.
“Saya mendapatkan tujuh pasang baju dan lima lembar uang seratus ribu”.
“Wah, bagus dong kalau begitu!”, sahut ibu.
“Ya, memang! Tapi ada yang lebih membahagiakan untuk saya saat itu”, kata Bu Yani.
“Apa?”, tanya keluarga itu kompak.
“Yang paling membuat saya bahagia adalah karena saya memberikan semua rezeki saya itu untuk seorang fakir yang lebih membutuhkannya daripada saya. Saya yakin ia dan keluarganya lebih bahagia saat menerima rezeki itu”, jawab Bu Yani sambil tersenyum puas.


0 komentar:

Posting Komentar