siapa diri Anda
atau apa yang Anda
miliki,
melainkan apa yang
Anda pikirkan.
-Dale Carnegie-
Di sebuah kota
kecil, terdapat keluarga yang dapat dibilang berkecukupan, namun hidupnya amat
sederhana. Sampai tetangganya saja hampir tidak ada yang mengetahui mereka
adalah orang kaya. Suatu hari saat hujan deras, menjelang makan siang, ada yang
mengetuk pintu rumah mereka seraya mengucapkan salam.
Si ibu yang
kebetulan sedang berada di dapur, segera menuju ke arah pintu depan. Ia
terheran-heran, ada saja orang yang bertamu saat hujan deras seperti ini.
Setelah ia membuka
pintu, dia melihat ada seorang ibu tua dengan pakaian yang sudah sangat tidak
layak ia pakai, dan celana sebetisnya yang banyak tambalan dan kotor pula. Ia
membawa sekeranjang buah-buahan, dan wajahnya kelihatan tampak lelah sekali. Ia
menawarkan si ibu untuk membeli dagangan buahnya. Si ibu akhirnya membeli
sepuluh jeruk, sepuluh salak, dan sesisir pisang. Ia menyegerakan transaksinya
dengan si ibu tua penjual buah, karena acara makan siang keluarga mereka
bisa-bisa telat.
Lambat laun si ibu
tua menjadi sering menjual dagangannya ke keluarga tersebut, ternyata nama si
ibu tua adalah Bu Yani, dan mereka pun menjadi bersahabat dengannya. Wajar saja
kalau keluarga itu mengetahui bahwa Bu Yani seorang janda tua miskin yang
tinggal di gubuk yang sangat reyot dan menderita anosmia yang sudah cukup parah,
karena tidak pernah di cek ke klinik setempat.
Setelah hampir
enam bulan bersahabat dengan Bu Yani, si ayah berencana memberikan beberapa
baju dan sejumlah uang secara diam-diam tanpa Bu Yani tahu siapa yang telah
memberinya. Anak semata wayang keluarga tersebut, yang bernama Jo, bertugas
menaruh di depan gubuk Bu Yani.
Esok harinya, Bu Yani
datang ke rumah keluarga tersebut dengan wajah bahagia. Kebetulan, mereka
sekeluarga sedang berada di teras rumahnya. Lalu, Bu Yani bercerita tentang
kebahagiaannya kepada keluarga tersebut.
“Pak, Bu, kemarin saya mendapat rezeki yang sangat
mengagetkan!”, kata Bu Yani.
“Kalau boleh tahu,
apa rezeki itu ?”, tanya ayah.
“Saya mendapatkan
tujuh pasang baju dan lima lembar uang seratus ribu”.
“Wah, bagus dong
kalau begitu!”, sahut ibu.
“Ya, memang! Tapi
ada yang lebih membahagiakan untuk saya saat itu”, kata Bu Yani.
“Apa?”, tanya
keluarga itu kompak.
“Yang paling
membuat saya bahagia adalah karena saya memberikan semua rezeki saya itu untuk seorang
fakir yang lebih membutuhkannya daripada saya. Saya yakin ia dan keluarganya
lebih bahagia saat menerima rezeki itu”, jawab Bu Yani sambil tersenyum puas.
0 komentar:
Posting Komentar