Pages

Minggu, 23 Oktober 2011

sekarang Ivan mengerti


Seorang letnan turun dari mobil dinasnya hendak masuk ke rumah kecilnya. Lalu keluar ibu tua berkerudung dengan tangis bahagia yang tak sabar ingin memeluk anak semata wayangnya. Ivan tumbuh menjadi pemuda yang cerdas sehingga beasiswa tiga tahun di SMA telah menjadi takdir hidupnya dan itu membuatnya diterima di Akademi Militer (Akmil) dengan mudah demi meneruskan jejak ayahnya yang meninggal saat hendak dilantik menjadi kolonel. Ia mengerti sekarang, semua karena ridho dari sang ibu yang juga menjadi ridho Allah.

“Ibu amat  bangga kepadamu, Ivan. Amat bangga!”. Bisik ibunda dalam pelukan.

“Terima kasih atas rasa bangga ibu. Terima kasih atas tuntunan ibu dari mulai aku belum bisa berjalan sampai sekarang aku dapat berdiri di hadapan ibu. Aku berjanji, kelak bila ibu butuh tuntunanku untuk berjalan melalui masa-masa sulit dalam hidup ibu, aku ada di samping ibu..”

Ibu melepas pelukannya, nampak mata tua yang berkaca-kaca, “Ini jam tangan untukmu yang ibu janjikan”, sambil menyerahkan jam tangan yang terbuat dari kulit, “ibu takkan pernah melupakan kejadian itu.”

Dan Letnan Ivan pun terharu, “Bu, bekas luka bakar di betis kaki kananku selalu membuatku teringat dengan kasih sayangmu selama ini. Aku sayang padamu!”. Air mata tak terelakan keluar dari kelopak mata seorang letnan.

“Maafkan ibu yang telah membuat warung di dekat pintu keluar ya, nak?”.

 

*

15 tahun yang lalu..

 

“Pokoknya aku mau jam tangan yang seperti teman-temanku!”.

“Tapi, Nak, ibu belum punya cukup uang. Ibu sendiri sedang bingung untuk mengumpulkan uang sejumlah 30 ribu itu. Dagangan ibu di warung saja belum dapat menutup modal. Mengerti sedikit, ya?”

“Aku cape denger ‘mengerti sedikit’-nya ibu dari dua bulan kemarin. Coba ibu cari di kamus kata-kata yang lain, deh!”. Ivan berlari kecil dengan galau keluar dari rumah kecilnya.

Ibu yang duduk lesu di dalam, tertunduk sambil berdoa dalam hati:

‘Ya Rahman, Ya Rahim. Tolonglah aku agar dapat membuat Ivan mengerti keadaanku sekarang ini. Aku sangat ingin membahagiakannya, namun keadaanku sedang tak memungkinkan..’

GUBBRAK!! ZZES..

Tiba-tiba terdengar suara benda yang jatuh, membuat doa sang ibu terhenti. Tak lama kemudian terdengar jeritan suara Ivan meringis kesakitan. Ibu berkerudung putih itupun dengan cepat segera mencari asal suara. Ternyata dari warung tempat ibunya berdagang!

Sang ibu amat tercengang melihat betis anak semata wayang dari almarhum suaminya itu tertindih kompor yang menyala. Kulit kaki kanan Ivan tampak merah kisut akibat luka bakar, meja beserta kursi di warung sudah mulai terbakar, membuat hati ibu terasa ikut terbakar api kompor.

 

*

Ivan ketakutan apabila detik berikutnya dia tidak bisa melihat dunia. Yang terakhir ia lihat dari warung ibunya hanya asap yang mengepul lambat dan bilasan air yang begitu banyak. Dan satu lagi, ia merasa ada pelukan hangat yang senantiasa membalut tubuhnya dengan penuh kasih sayang juga kain kerudung yang bagian bawahnya seperti baru terbakar. Perlahan titik-titik air yang sama hangat dengan pelukan yang ia berikan berjatuhan di pergelangan tangan Ivan... ibu menangisiku!

*

0 komentar:

Posting Komentar